Wednesday, November 3, 2010

jarak aman merapi di perluas

Yogyakarta - Radius awan panas yang meluncur selama lebih dari satu setengah jam dari Gunung Merapi telah mencapai jarak sekitar 9-10 kilometer (km), demikian informasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Rabu.

"Radius awan panas yang meluncur selama lebih dari satu setengah jam ini sudah hampir mencapai Lapangan Golf Merapi," kata Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandriyo di Yogyakarta.

Oleh karena itu, lanjut dia, jarak aman untuk penduduk kemungkinan besar akan diperluas hingga radius 15 kilometer (km) karena sampai saat ini awan panas belum berhenti.

Luncuran awan panas besar mulai tercatat sekitar pukul 14.30 WIB dan hingga berita ini diturunkan, awan panas masih terus meluncur.

Petugas di BPPTK kesulitan untuk memantau arah luncuran awan panas tersebut karena kondisi di puncak Gunung Merapi berkabut dan hujan.

Berdasarkan catatan aktivitas seismik Gunung Merapi di BPPTK hingga pukul 12.00 WIB, telah terjadi sebanyak 21 kali gempa multiphase, 11 kali gempa low frequency, 140 kali guguran dan 38 kali awan panas. (*)

Read More...... Read More...

awan panas meluncur satu jam tanpa henti

Yogyakarta - Seismograf pada Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Rabu, mencatat awan panas dari Gunung Merapi meluncur selama satu jam 15 menit tanpa henti.

Ini adalah luncuran awan panas dengan durasi terlama yang pernah terjadi saat erupsi Merapi.

Berdasarkan catatan BPPTK Yogyakarta, awan panas tersebut mulai terjadi sekitar pukul 14.37 WIB dan hingga berita diturunkan, seismograf di BPPTK masih terus merekam luncuran awan panas dan seluruh rekaman menunjukkan "over scale" (melewati ambang).

Sebelum muncul awan panas berdurasi cukup lama ini, aktivitas Gunung Merapi mengalami peningkatan sejak pukul 00.00-12.00 WIB yaitu 38 kali luncuran awan panas.

Sejak pukul 11.12 WIB, luncuran awan panas semakin sering terjadi dengan jarak antar awan panas cukup rapat.

Seluruh petugas di pos pengamatan Gunung Merapi telah diminta meninggalkan lokasi pengamatan agar terhindar dari bahaya awan panas Merapi.

Petugas di lapangan dan juga BPPTK yang memantau Gunung Merapi menggunakan kamera CCTV yang ditempatkan di Pos Plawangan, belum dapat memastikan arah luncuran awan panas karena cuaca berkabut, hujan dan angin cukup kencang.

Kepala BPPTK Yogyakarta Subandriyo mengatakan, durasi awan panas tersebut lebih lama dibandingkan awan panas yang keluar saat erupsi eksplosif Merapi pada 26 Oktober yaitu selama 33 menit tanpa henti.

Masyarakat diminta tetap berada di luar radius 10 kilometer (km) dari puncak Gunung Merapi dan tidak beraktivitas di badan-badan sungai yang memiliki hulu di Merapi. (*)

Read More...... Read More...

sebuah rumah terbakar awan panas

Sleman - Sebuah rumah di Dusun Jambu, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Rabu sore sekitar pukul 17.00 WIB terbakar terkena terjangan awan panas Gunung Merapi.

"Rumah tersebut milik Ny Sugi (50) yang terletak sekitar lima kilometer dari puncak Gunung Merapi," kata Kepala Desa Kepuharjo, Heri Suprapto.

Pada Rabu siang awan panas meluncur selama lebih dari satu setengah jam dari Gunung Merapi dan telah mencapai jarak sekitar 9-10 kilometer (km).

"Radius awan panas yang meluncur selama lebih dari satu setengah jam ini sudah hampir mencapai Lapangan Golf Merapi," kata Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandriyo.

Oleh karena itu, lanjut dia, jarak aman untuk penduduk kemungkinan besar akan diperluas hingga radius 15 kilometer (km) karena sampai saat ini awan panas belum berhenti.

Read More...... Read More...

kawasan barat merapi di guyur abu vulkanik

Semarang: Hujan air disertai debu vulkanik akibat letusan Gunung Merapi mengguyur sejumlah desa di wilayah Barat Daya gunung berapi tersebut di kawasan Kabupaten Magelang, Rabu (3/11) pagi. Hujan abu cukup intensif tersebut terjadi sekitar pukul 08.30-08.45 WIB, menyusul luncuran awan panas yang mengarah ke Selatan, disertai tiupan angin ke arah Barat.

(

Sejumlah desa yang diguyur hujan abu tersebut di antaranya, Desa Krinijng, Karangkoco, Babadan, Semen serta Grogol, yang semuanya berada di Kecamatan Dukun. Para warga tampak menggunakan jas hujan akibat guyuran hujan air yang disertai debu vulkanik gunung berapi yang ada di wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta itu.

Langit di sekitar kawasan tersebut tampak berwarna hitam akibat tertutup debu vulkanik Merapi. "Betul, warna hitam di langit itu karena terjadi hujan abu," kata petugas di Pos Pengamatan Gung Merap di Krinjing, Magelang, Yulianto. Adapun kondisi puncak Merapi pada pagi ini tempat tertutup mendung, meski sejumlah desa di sebelah Utara Sungai Senowo, Magelang tampak cerah.

Read More...... Read More...

awas banjir lahar dingin merapi

Warga sekitar Gunung Merapi harus waspada. Jika terjadi hujan lebat di puncak Merapi, banjir lahar dingin kemungkinan terjadi. Lahar dingin ini akan mengalir ke sejumlah sungai di sisi selatan gunung seperti Kali Gendol, Kali Kuning dan Kali Boyong.

Hal ini diungkapkan Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo, di Yogyakarta, Kamis (28/10/2010).

Sementara itu, aktivitas Gunung Merapi mulai mereda dengan intensitas gempa vulkanik kurang dari 10 kali, gempa multiphase sekitar 30 kali dan guguran lebih dari 100 kali.


"Kemungkinan, getaran-getaran yang dirasakan penduduk di pengungsian adalah akibat adanya guguran material vulkanik tersebut," katanya.

Ia juga mengingatkan, meskipun aktivitas kegempaan di Gunung Merapi cenderung normal, hal tersebut belum dapat diartikan bahwa aktivitas gunung api tersebut sudah normal.

Sebagaimana diberitakan, awan panas yang keluar dari Merapi sekitar pukul 17.00 WIB, Selasa (26/10/2010), mengakibatkan 32 orang meninggal. Diantaranya, juru kunci Merapi Mbah Maridjan

Read More...... Read More...

Daerah Rawan Merapi Diperluas 15 Km, Pengungsi Dievakuasi

Sleman - Keputusan memperluas daerah rawan di kawasan Gunung Merapi dari 10 km menjadi 15 km melahirkan kesibukan luar biasa. Warga yang bertahan di pengungsian yang berada di jarak kurang aman

buru-buru dievakuasi.

"Yang di atas diturunkan, ini baru saja kita lakukan," kata Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu saat dihubungi detikcom, Rabu (3/11/2010) pukul 17.15 WIB.

Disampaikan dia, tempat pengungsian baru akan dibangun di daerah sekitar Pakem yang jaraknya aman dari puncak Merapi. "Ini susah juga, Mbak. Soalnya lagi hujan deras di sini," lanjut Yuni.

Kesulitan lainnya adalah waktu yang singkat untuk mengevakuasi pengungsi dari tempat pengungsian lama di daerah Cangkringan yang berubah menjadi tidak aman. Hal ini, menurut Yuni, berbeda dengan sebelumnya ketika diberi tahu untuk pertama kalinya bahwa jarak aman Merapi adalah 10 km dari puncaknya.

"Siang tadi masih dibilang 10 km aman, tapi tiba-tiba kondisi Merapi yang seperti ini jadi baru dikasih tahu 15 km itu. Kami masih sambil mencari tempat-tempat lain untuk pengungsian di Pakem," tutur Yuni.

Sejak pukul 11.04 WIB, Merapi kerap mengeluarkan awan panas. Sementara letusan pada pukul 16.09 tidak kunjung berhenti hingga 16.35 WIB sehingga melahirkan kondisi krisis Merapi. Daerah rawan di kawasan gunung paling aktif di Indonesia itu pun diperluas dari 10 km menjadi 15 km dari puncak Merapi.

Sebelumnya, pengungsi di Kepuharjo dan Glagaharjo panik dan lari tunggang langgang karena munculnya awan panas hitam. Gugusan awan panas bergerak dari puncak Gunung Merapi menyusuri Kali Gendol.

Melihat kejadian ini, pengungsi panik dan langsung diungsikan ke pos pengungsian Wukirsari yang lebih jauh.

Kepanikan ini terjadi menyusul terjadinya letusan pada sekitar pukul 15.15 WIB, Rabu (3/11/2010). Beberapa saat kemudian, gugusan awan panas yang menyembur dari puncak Gunung Merapi meluncur turun dan bercampur dengan debu vulkanik bersamaan dengan hujan deras.

Jumlah pengungsi di Kabupaten Sleman sekitar 22 ribu orang dan diperkirakan akan terus meningkat menyusul perluasan daerah tidak aman tersebut.
(vit/nrl)

Read More...... Read More...

merapi volcano eruption

Central Java, Indonesia

7.54 S, 110.44 E
summit elevation 2911 m
Stratovolcano

Note: a volcano with a similar name "Marapi" is located in Sumatra, Indonesia.
merapi
John Seach at summit of Merapi Volcano.


Merapi volcano is one of the world's most active and dangerous volcanoes. It contains an active lava dome which regularly produces pyroclastic flows. Eruptions occur at intervals of 1-5 years and are of low gas pressure. Since magma is poor in gas, eruptions are usually less than VEI 3 in size.

Merapi is one of the most active volcanoes in Indonesia and has produced more pyroclastic flows than any other volcano in the world. It has been active for 10,000 years.


Most eruptions of Merapi involve a collapse of the lava dome creating pyroclastic flows which travel 6 to 7 km from the summit. Some awan panas have traveled as far as 13 km from the summit, such as the deposit generated during the 1969 eruption. Velocity of pyroclastic flows can reach up to 110 km/hour. A slow up flow of andesitic magma leads to an extrusion of viscous magma, which accumulate and construct a dome in the crater.

Violent Eruptions at Merapi volcano
There is evidence that the current low level of activity may be interrupted by larger explosive eruptions. Eruptions of Merapi volcano during the 7–19th centuries A.D. were more violent than the past hundred years, and produced explosion pyroclastic flows. Widespread pyroclastic flows and surges traveled up to 25 km down the flanks of Merapi.

Scientists predict that the quiet of the 20th century will be broken by a larger
explosive eruption within coming decades. (Scientific report published in 2000).

2010 Eruption
Merapi volcano was raised to level 3 alert (out of a maximum 4) due to inflation and volcanic earthquakes on 21st October 2010. Sand miners were asked to stop all activity, and people advised not to climb the volcano.
Merapi volcano erupted on 26th October 2010 killing 34 people.

2006 Eruptions
Seismic activity began increasing at Merapi volcano in March 2006, and 10,000 residents were prepared for evacuation. On 10th April people were banned from climbing the volcano. On 12th April the Alert Level was raided from 2 to 3. An 8 km exclusion zone was placed around the volcano. On 27th April nearly 2,000 villagers were evacuated from Sidorejo and Tegalmulyo villages around Merapi volcano. On 13th May, the Alert Level was raised to the highest level 4, and about 4,500 people living near the volcano were evacuated. On 15th May pyroclastic flows traveled up to 4 km west. By 16th May, more than 22,000 people had been evacuated. On 8th June, the lava-dome growth rate at Merapi was an estimated 100,000 cubic meters per day, with an estimated volume of 4 million cubic meters. Pyroclastic flows and rockfalls decreased in frequency and intensity after 28th June 2006.

2006 Earthquakes
On 27th May 2006 a magnitude 6.3 earthquake killed about 5,400 people produced in a three-fold increase in activity at Merapi volcano. On 17th July 2006 a magnitude 7.7 earthquake hit 50 km south of Merapi volcano. The earthquake was the result of thrust-faulting on the boundary between the Australian and Sunda tectonic plates. The earthquake produced an 8 m high tsunami which hit the southern coast of Java. This event was classified as a tsunami earthquake, because of the low earthquake magnitude compared to the tsunami size. The earthquake caused 5,750 deaths, 38,560 injuries, and up to 600,000 people displaced in the Bantul-Yogyakarta area.

2001 Eruption
A major eruption began at Merapi volcano on 10th February 2001. A 30-minute-long pyroclastic flow occurred at 0200 hr. At 0330 hr there was a collapse of the 1998 lava dome which ejected ash 5 km above the summit and produced a pyroclastic flows that extended 7 km in the direction of the Sat River.

1998 Eruptions
Activity at Merapi volcano began increasing in July 1998. On 11th July 37 nuées ardentes occurred between midnight and 0500 hr. Between 11-19 July, 128 nuées ardentes occurred, including a strong pyroclastic ash and block flow at 1500 on 19th July.

1994 Eruptions
On 22nd November 1994, a large number of dome-collapse nuees ardentes were generated over a period of several hours at Merapi volcano. The nuees ardentes descended mainly the Boyong valley and the Bedog valley, a tributary of the Krasak-Kecil valley. This was in contrast to the 1984 and 1992 flows which traveled exclusively towards the southwest and west.

1986-87 Eruptions
Lava dome formation at Merapi volcano in 1986-87 was the largest since 1973.

1968 Eruptions
At the end of May 1968 a lava tongue had extended 875 m and was the result of new lava done extrusion after the 1967 collapse. The number of avalanches from the lava tongue were 1432 in June, 1370 July, 329 August, and 12 in September. Renewed activity began at Merapi volcano in October 1968 with an increasing number of lava avalanches.

1967 Eruptions
A lava dome extruded in April 1967 at the upper Batang River on the SW slope of Merapi volcano. The dome collapsed in October 1967.

1822 Lahar
A hot lahar at Merapi volcano on 28th December 1822 destroyed 4 villages with 100 casualties.
Merapi Volcano Eruptions

Read More...... Read More...